THE FRIEND OF ME

Minggu, 27 Februari 2011

PETA KOTA RAJA

Bagaimana dengan tata letak kota Majapahit di Situs Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur? Kakawin Nagarakretagama (khususnya pupuh VIII-XII) merupakan sumber tertulis yang penting untuk mengetahui gambaran kota Majapahit sekitar tahun 1350.
Kota pada masa itu bukanlah kota dalam arti kota modern, demikian pernyataan Pigeaud (1962), ahli sejarah bangsa Belanda, dalam kajiannya terhadap Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Ia menyimpulkan, Majapahit bukan kota yang dikelilingi tembok, melainkan sebuah kompleks permukiman besar yang meliputi sejumlah kompleks yang lebih kecil, satu sama lain dipisahkan oleh lapangan terbuka. Tanah-tanah lapang digunakan untuk kepentingan publik, seperti pasar dan tempat-tempat pertemuan.
Maclaine Pont (1924-1926), seorang arsitek Belanda, coba menghubungkan gambaran kota Majapahit yang tercatat dalam Nagarakretagama dengan peninggalan situs arkeologi di daerah Trowulan. Dengan kitab di tangan kiri dan cetok di tangan kanan, ia menggali Situs Trowulan. Hasilnya adalah sebuah sketsa tata kota Majapahit, setelah dipadukan dengan bangunan-bangunan purbakala yang terdapat di Situs Trowulan. Bentang kota Majapahit digambarkan dalam bentuk jaringan jalan dan tembok keliling yang membentuk blok-blok empat persegi.
Pada tahun 1981 keberadaan kanal-kanal dan waduk-waduk di Situs Trowulan semakin pasti diketahui melalui studi foto udara yang ditunjang oleh pengamatan di lapangan dengan pendugaan geoelektrik dan geomagnetik. Hasil penelitian kerja sama Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) dengan Ditlinbinjarah, UGM, ITB, dan Lapan itu diketahui bahwa Situs Trowulan berada di ujung kipas aluvial vulkanik yang sangat luas, memiliki permukaan tanah yang landai dan baik sekali bagi tata guna tanah (Karina Arifin, 1983). Waduk-waduk Baureno, Kumitir, Domas, Kraton, Kedungwulan, Temon, dan kolam-kolam buatan seperti Segaran, Balong Dowo, dan Balong Bunder, yang semuanya terdapat di Situs Trowulan, letaknya dekat dengan pangkal kipas aluvial Jatirejo.
Melalui pengamatan foto udara inframerah, ternyata di Situs Trowulan dan sekitarnya terlihat adanya jalur-jalur yang berpotongan tegak lurus dengan orientasi utara-selatan dan timur-barat. Jalur-jalur yang membujur timur-barat terdiri atas 8 jalur, sedangkan jalur-jalur yang melintang utara-selatan terdiri atas 6 jalur. Selain jalur-jalur yang bersilangan tegak lurus, ditemukan pula dua jalur yang agak menyerong.
"Berdasarkan uji lapangan pada jalur-jalur dari foto udara, ternyata jalur-jalur tersebut adalah kanal-kanal, sebagian masih ditemukan tembok penguat tepi kanal dari susunan bata," ujar Karina Arifin.
Lebar kanal-kanal berkisar 35-45 meter. Kanal yang terpendek panjangnya 146 meter, yaitu jalur yang melintang utara-selatan yang terletak di daerah Pesantren, sedangkan kanal yang terpanjang adalah kanal yang berhulu di sebelah timur di daerah Candi Tikus dan berakhir di Kali Gunting (di Dukuh Pandean) di daerah baratnya. Kanal ini panjangnya sekitar 5 kilometer.
Hal yang menarik, sebagian besar situs-situs di Trowulan dikelilingi oleh kanal-kanal yang saling berpotongan, membentuk sebuah denah segi empat yang luas, dibagi lagi oleh beberapa bidang segi empat yang lebih kecil.

Berikut ini adalah hasil pemetaan situs-situs yang tersebar di wilayah Trowulan.

 
Selanjutnya di bawah ini adalah pemetaan situasi Kota Raja yang telah dilakukan oleh H Maclaine Pont di tahun 1924.

 

0 komentar: